- Agama Pramana
- Anumana Pramana
- Pratyaksa Pramana
Dalam Wrhaspati Tattwa sloka 26 disebutkan: Pratyaksanumanasca
krtan tad wacanagamah pramananitriwidamproktam tat samyajnanam uttamam.
Ikang sang kahanan dening pramana telu, ngaranya, pratyaksanumanagama.
Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama.
Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama.
Pratyaksa ngaranya katon
kagamel. Anumana ngaranya kadyangganing anon kukus ring kadohan, yata
manganuhingganing apuy, yeka Anumana ngaranya.
Pratyaksa namanya (karena)
terlihat (dan) terpegang. Anumana sebutannya sebagai melihat asap di
tempat jauh, untuk membuktikan kepastian (adanya) api, itulah disebut
Anumana.
Agama ngaranya ikang aji
inupapattyan desang guru, yeka Agama ngaranya. Sang kinahanan dening
pramana telu Pratyaksanumanagama, yata sinagguh Samyajnana ngaranya.
Agama disebut
pengetahuan yang diberikan oleh para guru (sarjana), itulah dikatakan
Agama. Orang yang memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan
Pratyaksa, Anumana, dan Agama, dinamakan Samyajnana (serba tahu).
Kalau direnungkan secara mendalam segala benda maupun kejadian yang menjadi pengetahuan dan pengamalan kita sebenarnya semua didapat melalui Tri Pramana.?
Kalau direnungkan secara mendalam segala benda maupun kejadian yang menjadi pengetahuan dan pengamalan kita sebenarnya semua didapat melalui Tri Pramana.?
Agama Pramana adalah
suatu ukuran atau cara yang dipakai untuk mengetahui dan meyakini
sesuatu dengan mempercayai ucapan- ucapan kitab suci, karena sering
mendengar petuah- petuah dan ceritera para guru, Resi atau orang- orang
suci lainnya.
Ceritera- ceritera itu dipercayai dan diyakini karena kesucian batin
dan keluhuran budi dari para Maha Resi itu. Apa yang diucapkan atau
diceriterakannya menjadi pengetahuan bagi pendengarnya. Misalnya: Guru
ilmu pengetahuan alam berceritera bahwa di angkasa luar banyak planet-
planet, sebagaimana juga bumi berbentuk bulat dan berputar. Setiap murid
percaya kepada apa yang diceriterakan gurunya, oleh karena itu tentang
planet dan bumi bulat serta berputar menjadi pengetahuan yang diyakini
kebenarannya, walaupun murid- murid tidak pernah membuktikannya.Demikianlah umat Hindu meyakini Sang Hyang Widhi Wasa berdasarkan kepercayaan kepada ajaran Weda, melalui penjelasan- penjelasan dari para Maha Resi atau guru- guru agama, karena sebagai kitab suci agama Hindu memang mengajarkan tentang Tuhan itu demikian.
Anumana Pramana adalah
cara atau ukuran untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan
menggunakan perhitungan logis berdasarkan tanda- tanda atau gejala-
gejala yang dapat diamati. Dari tanda- tanda atau gejala- gejala itu
ditarik suatu kesimpulan tentang obyek yang diamati tadi.
Cara menarik kesimpulan adalah dengan dalil sebagai berikut:
Cara menarik kesimpulan adalah dengan dalil sebagai berikut:
YATRA YATRA DHUMAH, TATRA TATRA WAHNIH
Di mana ada asap di sana pasti ada api.
Di mana ada asap di sana pasti ada api.
Contoh:
Seorang dokter dalam merawat pasiennya selalu mulai dengan menanyakan keluhan- keluhan yang dirasakan si pasien sebagai gejala- gejala dari penyakit yang diidapnya. Dengan menganalisa keluhan- keluhan tadi dokter dapat menyimpulkan penyakit pasiennya, sehingga mudah melakukan pengobatan.
Demikian pula jika memperhatikan keadaan dunia ini, maka banyak sekali ada gejala- gejala alam yang teratur. Hal itu menurut logika kita hanya mungkin dapat terjadi apabila ada yang mengaturnya.
Contoh:
Apabila kita memperhatikan sistem tata surya yang harmonis, di mana bumi yang berputar pada sumbunya mengedari matahari, begitu pula bulan beredar mengelilingi matahari pada garis edarnya, tidak pernah bertabrakan, begitu teratur abadi. Kita lalu menjadi kagum dan berpikir bahwa keteraturan itu tentu ada yang mengatur, the force of nature yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.
Pratyaksa Pramana
adalah cara untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati
langsung terhadap sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan
tentang sesuatu itu selain hanya harus meyakini.
Misalnya menyaksikan atau melihat dengan mata kepala sendiri, kita jadi tahu dan yakin terhadap suatu benda atau kejadian yang kita amati. Untuk dapat mengetahui serta merasakan adanya Sang Hyang Widhi Wasa dengan pengamatan langsung haruslah didasarkan atas kesucian batin yang tinggi dan kepekaan intuisi yang mekar dengan pelaksanaan yoga samadhi yang sempurna.
Misalnya menyaksikan atau melihat dengan mata kepala sendiri, kita jadi tahu dan yakin terhadap suatu benda atau kejadian yang kita amati. Untuk dapat mengetahui serta merasakan adanya Sang Hyang Widhi Wasa dengan pengamatan langsung haruslah didasarkan atas kesucian batin yang tinggi dan kepekaan intuisi yang mekar dengan pelaksanaan yoga samadhi yang sempurna.
Pertama;
1. Saksi (ada Saksi yang melihat)
2. Bukti, (ada atau tidak bukti kejadian)
3. Ilikita, (Tertulis atau tidak)
1. Saksi (ada Saksi yang melihat)
2. Bukti, (ada atau tidak bukti kejadian)
3. Ilikita, (Tertulis atau tidak)
Kedua:
1. Sastratah (mempertimbangkan berdasarkan sumber tertulis/sastra)
2. Gurutah (mempertimbangkan menurut Ajaran Gurui)
3. Swatah (mempertimbangkan pengalaman sendiri)
1. Sastratah (mempertimbangkan berdasarkan sumber tertulis/sastra)
2. Gurutah (mempertimbangkan menurut Ajaran Gurui)
3. Swatah (mempertimbangkan pengalaman sendiri)
Ketiga:
1. Agama (mempertimbangkan menurut ajaran agama)
2. Anumana (mempertimbangkan menurut pikiran sehat)
3. Pratyaksa (mempertimbangkan apa yang dilihat secara langsung)
1. Agama (mempertimbangkan menurut ajaran agama)
2. Anumana (mempertimbangkan menurut pikiran sehat)
3. Pratyaksa (mempertimbangkan apa yang dilihat secara langsung)
Keempat:
1. Wartamana, (Mempertimbangkan sesuai pengalaman dahulu)
2. Atita (mempertimbangkan keadaan sekarang)
3. Nagata (mempertimbangkan keadaan yang akan datang)
1. Wartamana, (Mempertimbangkan sesuai pengalaman dahulu)
2. Atita (mempertimbangkan keadaan sekarang)
3. Nagata (mempertimbangkan keadaan yang akan datang)
Kelima:
1. Rasa (mempertimbangkan dengan perasaan)
2. Utsaha (mempertimbangkan atas prilakunya.
3. Lokika (mempertimbangkan dengan pikiran logis)
1. Rasa (mempertimbangkan dengan perasaan)
2. Utsaha (mempertimbangkan atas prilakunya.
3. Lokika (mempertimbangkan dengan pikiran logis)
Keenam:
1. Sabda (mempertimbangkan dengan memberi saran)
2. Bayu (mempertimbangkan dengan keyakinan yang kuat)
3. Idep (mempertimbangkan dengan pikiran sehat)
Orang sering berbicara tentang logika yang artinya masuk akal.1. Sabda (mempertimbangkan dengan memberi saran)
2. Bayu (mempertimbangkan dengan keyakinan yang kuat)
3. Idep (mempertimbangkan dengan pikiran sehat)
Tidak sedikit orang mengatakan agama Hindu itu tidak masuk akal, ajaran Hindu tidak logis.
Padahal………………………
Kata logika – logic sendiri berasal dari kata Sanskrit yaitu lokika yang artinya mempertimbangkan secara logis.
Hindu yang mengajarkan manusia berpikir secara logika kok ajaran Hindu dibilang tidak logis?
dkutip dari : http://www.vedasastra.com/2010/03/14/metode-beragama-dalam-veda/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar