Menapaki hidup sederhana merupakan salah satu bentuk atau jalan yang
dapat digunakan oleh setiap orang untuk menghayati dan merindukan
keberadaan Tuhan (Hyang Widhi). Namun pada masa-masa ini, kesederhanaan
hidup dipandang sebagai bentuk kemiskinan dan kenestapaan. Inilah yang
menyebabkan banyak orang cenderung hidup bergelamor dan berlebihan.
Pandangan bagi orang demikian hanya memberikan makna pada sisi luar
saja, bukan memahami dan mengambil makna terdalam dari kehidupan ini.
Hidup
sesungguhnya merupakan tapa, maka dalam hidup manusia mesti mampu
mengendalikan diri, di mana pengendalian ini dapat ditempuh dengan
menjalani hidup sederhana. Dalam kesederhanaan termuat dimensi spiritual
untuk hidup sabar, menerima apa adanya, dan tidak berharap pada apa
yang bukan menjadi haknya. Inilah inti sari dari pengejawantahan ajaran
Veda-Vedanta.
Mahatma Gandhi seorang praktisi Vedanta mengatakan
hidup sederhana bukan berarti hidup miskin, tetapi kesederhanaan inilah
yang justru dibangun oleh setiap orang yang hendak menghayati dan meraih
kasih Tuhan. Orang yang mengerti dan memahami hidup tidak akan
bersedih, berduka ataupun menyesali nestapa yang terjadi pada dirinya,
melainkan menerima itu sebagai suatu rahmat dari Yang Maha Kuasa. Alasan
ini muncul karena tidak ada segala sesuatu pun yang tidak berasal dari
Tuhan. Apakah itu kebaikan, keburukan, suka, duka, kehidupan ataupun
kematian hanya bersumber dari yang Tunggal yaitu Tuhan. Untuk itulah
ajaran Veda-Vedanta mengajarkan pada umat manusia untuk memahami bahwa
Tuhan ada di mana-mana, (Wyapiwyapaka Nirwikara). Ada dan meliputi
setiap makhluk ciptaan (Liswara Sarwa Bhutanam) dan akhirnya memahami
bahwa segala-galanya adalah Tuhan di Semesta ini (Sarwan Kalvidam
Brahman).
Persembahan yang sederhana bukan berarti rendah, tetapi
sesederhana apa pun bentuk dan wujud bhakti itu, adalah utama bagi
mereka yang memahami philoshopi dan spirit hidup. Karena pandangan
mereka diubah pada pemahaman yang tertinggi akan wujud dan keberadaan
Tuhan, yakni dimuati dengan perasaan bhakti yang penuh ketulusan dan
kedermawanan. Karena mereka tahu bahwa Tuhan tidak melihat besar kecil
dari suatu persembahan, tetapi Tuhan hanya datang dan meminta perasaan
hati yang tulus dan bhakti. Karena itu Bhagawad Gita menghilhami dan
mengajarkan kepada setiap umat manusia untuk pertama kali menyucikan
perasaan hati (batin) kemudian menyucikan pikiran, dan selanjutnya
menyucikan perkataan dan perbuatan. Ketiga sifat mulia ini merupakan
naungan bagi mereka yang menempuh dan menapaki hidup sederhana.
Dalam
kesederhanaan setiap orang dapat melatih kesabaran, pengendalian diri,
kemunafikan, kecongkakan, dan kemarahan. Semua sifat buruk ini akan
menjadi mengecil ketika seseorang memahami akan kesederhanaan hidup ini.
Tampaknya begitu menderita bagi mereka yang menempuh hidup sederhana,
namun pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena di dalam penderitaan
ada benih-benih cinta yang menguatkan jiwa manusia untuk meraih
pencerahan. Dalam hal ini Mahatma Gandhi mengatakan "You cant lead true
life without suffering" yang artinya manusia tidak dapat menjalani hidup
yang sesungguhnya tanpa penderitaan. Pandangan ini menguatkan bahwa
hanya manusia yang pernah menderitalah yang dapat menghayati dan
merindukan keberadaan Tuhan itu.
Mereka yang menderita akan
menganggap, sekecil apa pun yang diperoleh merupakan rahmat yang besar
dari Tuhan dan hanya orang yang pernah menderitalah akan merasakan
kesenangan dan kebahagiaan tatkala mendapatkan keberuntungan. Sedang
bagi mereka yang hidupnya tidak pernah dirundung penderitaan akan
menerima segalanya sebagai hal biasa-biasa saja. Dalam sejarah
kebaktian, seorang bhakta yang agung seperti Sabari cukup sinkronitas
untuk melukiskan hal di atas, karena dia menderita cukup lama dan hidup
sederhana sejak sepeninggal suaminya. Namun Ia larut dalam pelayanan dan
selalu merindukan kehadiran Tuhan Sri Rama sehingga pada akhir dari
kehidupannya ia berhasil meraih kasih Tuhan yang tertinggi dengan
penyatuan yang abadi. Dan salah satu ajaran kesunyataan yang diberikan
Sri Rama kepada Subari adalah untuk bisa menapaki hidup sederhana
sebagai pemuja Tuhan.
Dikutip dari : http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=801&Itemid=81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar