Senin, 03 Maret 2014

Hindu Mendebat Part 13



13. Anubhava, bukan wahyu

(T) : Siapa yang menerima wahyu kitab sucimu?
(AH) : Sudah kukatakan sebelumnya cara para maharsi itu menemukan isi kitab suci adalah melalaui anubhava, bukan disampaikan oleh seorang perantara atau melalui ilham.
Tetapi didengar, dilihat, ditemukan secara langsung oleh para maharsi ketika mereka dalam keadaan Samadhi, atau anubhava, atau diberikan secara langsung oleh Tuhan sebagai avatara kepada manusia, seperti Bhagawad Gita.

(T) : Lalu siapa nama para maharsi yang menemukan isi Weda?
(AH) : Mantra-mantra dari keempat Weda yang jumlahnya 25,000, diterima, dilihat atau didengar oleh 7 maharsi ketika mereka dalam keadaan anubhava. Ketujuh maharsi itu adalah 1. Rsi Grtasamada; 2. Rsi Wismamitra; 3.Rsi Wamadewa; 4.Rsi Atri; 5. Rsi Bharadwadja; 6. Rsi Wasistha; 7. Rsi Kanwa. Mantra-mantra itu kemudian dikodifikasikan oleh Maharsi Viyasa dibantu 4 orang muridnya sehingga terbentuklah Catur Weda : Maharsi Pulaha (Rig Weda), Maharsi Jaimini (Sama Weda), Maharsi Vaisampayana (Yajur Weda) dan Maharsi Sumantu (Atawa Weda).

(T) : Jadi kitab sucimu ditemukan oleh banyak Maharsi? Wahyu dalam kitab suciku diterima oleh hanya seorang nabi.
(AH): Tapi kan nabimu mengaku sebagai penerus dari nabi-nabi sebelumnya. Artinya nabimu meneruskan karya-karya nabi sebelumnya, termasuk ajaran yang disampaikan oleh mereka, yang terdapat dalam kitab suci sebelumnya. Padahal orang Yahudi dan Kristen mengatakan para nabi mereka tidak menerima wahyu, tetapi inspirasi, seperti seorang pengarang yang menulis suatu sajak karena mendapat inspirasi dari keindahan alam atau kecantikan seorang gadis misalnya.

Catatan:
Savepalli Radhakrishnan, menulis: Pernyataan tentang pemilikan satu wahyu unik, dan menolak diklasifikasikan sebagai satu dari antara yang banyak, menyebabkan kerusakan atau kehancuran bagi manusia. Ia berbahaya baik di dalam motif maupun akibatnya. Kebenaran itu diklaim tidak hanya mutlak tetapi juga eksklusif. Pendukung dari klaim ini tidak mengatakan “ini adalah jalan saya” tetapi “inilah jalan satu-satunya jalan”. Kita menyanyangkan akibat-akibat jahat dari fanatisme dan ketidakpercayaan, yang juga muncul dari rasa pemilikan kebenaran eksklusif. Klaim dari kemutlakan eksklusif menghasilkan satu pernyataan iman yang agresif, penindasan terhadap keyakinan lain, sikap mengadili terhadap agama lain, dan upaya untuk memaksakannya kepada orang lain melalui sekolah, pengadilan dan lain-lain. Sejarah member banyak bukti tentang orang-orang beriman atau percaya akan suatu yang bersifat mutlak, apakah system kepercayaaan mutlak, mengembangkan sikap tidak toleran.

Karl Jaspers menulis: Bahaya lain adalah kecendrungan untuk membahayakan kehendak Tuhan dapat diketahui secara pasti; ini menjadi sumber fanatisme. Banyak hal mengerikan telah dilakukan di dunia telah dibenarkan oleh kehendak Tuhan. Kaum fanatic gagal untuk mendengar banyak arti yang melekat di dalam setiap pernyataan dari pengalaman mengenai suara Tuhan. Setiap orang yang mengatakan mengetahui secara pasti apa yang dikatakan dan dikehendaki oleh Tuhan, membuat Tuhan menjadi seorang manusia di dalam dunia, di atas mana ia mengatur atau menentukan, dan demikian di atas jalan menuju ketahyulan.

Hindu Mendebat Part 12


12. Maharsi, bukan nabi 

(T) : Siapa nabi agama Hindu?
(AH) : Apa nabi itu?
 

(T) : Nabi adalah orang yang diangkat oleh TUhan sebagai utusan untuk menerima wahyu dan memberikan peringatan kepada umat manusia. NAbi adalah pemimpin agama, pemimpin Negara pemimpin militer. Nabi adalah panutan bagi umat manusia.
(AH) : Kami tidak punya nabi, tapi kami punya banyak maharsi.
 

(T) : Apa itu maharsi? Apa bedanya dengan nabi?
(AH) Maharsi itu adalah orang bijaksana. Mereka adalah orang yang melewati tahap kehidupan sebagai pelajar (brahmacari) dan berumah tangga (grihasta) dengan baik. Mereka sudah ada dalam tahap hidup wanaprasta (hidup di hutan) atau sanyas, sebagai bhiksu pengembara. Mereka tidak terlibat lagi di dalam urusan keluarga atau politik. JAdi mereka tidak ikut berperang, membagi hasil jarahan menjual budak misalnya.
 

(T) : Lalu apa saja yang mereka kerjakan?
(AH) : Mereka sepenuhnya hidup untuk spiritual atau kerohanian. Dan syarat untuk itu, mereka sebelumnya harus menjalankan hidup yang sangat bermoral. Karena itu sangat jarang ada kritik tentang kehidupan para maharsi kami. Hampir tidak ada kontroversi tentang kehidupan mereka. Walaupun demikian mereka tidak meminta agar kehidupannya ditiru secara membuta. Mereka tidak ingin dikultuskan. Yang penting adalah ajaran-ajarannya. Jumlah orang-orang semacam ini banyak sekali dalam agama Hindu. Tetapi kami tidak punya kewajiban merayakan hari lahir maupun kematiannya. Karena ketika mereka meninggal, jiwa mereka telah menjadi satu dengan Tuhan.
 

(T) : Nabiku telah diramalkan di dalam kitab sucimu. Oleh karena itu orang-orang Hindu harus masuk agamaku.
(AH) : Teman, itu tidak benar. Itu sudah dibantah oleh banyak ahli agamaku. Di dalam Weda atau Sruti, kitab utama di dalam agamaku, tidak ada soal ramal meramal. Agamaku bukan agama yang didasarkan atas ramalan. Agamaku didasarkan atas pengalaman rohani nyata dari para maharsi. Dan andaikata menurutmu ramalan itu benar, berarti kitab suciku benar, dan oleh karena itu bukankah kamu yg seharusnya
masuk Hindu?

Hindu Mendebat Part 11


11. Yang terakhir yang paling sempurna?

(T) : Agama Hindu itu kan agama kuno, sudah tidak cocok lagi di zaman sekarang, sedangkan agamaku adalah agama paling baru dan karena itu paling sempurna. Ya, seperti mobil saja, model terbaru pastikan yang terbaik
(AH) : Ya kalau mobil mungkin saja. Tetapi itupun tergantung jenisnya. Sekedar menyebut contoh, mobil Mercedes buatan Jerman sekalipun telah diproduksi jauh lebih dulu, tetap lebih baik dari buatan local, karena mobil Mercedes terus memperbaharui mesin dan modelnya. LAgi pula agama bukan mobil atau barang konsumsi lainnya. Agama adalah soal ajaran-ajaran kebenaran. BIsa saja agama yang belakangan merupakan tiruan yang keliru dari agama terdahulu nya.


(T) : Bagaimana bisa?
(AH) : Agamaku disebut “ Sanatana Dharma”, kebenaran abadi. Agamaku mengajarkan ahimsa atau non-kekerasan. Sedangkan agamamu banyak mengajarkan kebencian dan kekerasan. Agamaku mengajarkan bahwa semua manusia bersaudara, wasudaiva kutumbakam, sedangkan agamamu hanya mengajarkan persaudaraan antar umatmu saja. Agamaku mengajarkan untuk mencintai semua orang, dan menganggap orang lain sebagai saudara, karena jiwa di dalam diri setiap orang adalah sama, tat twam asi; sedangkan agamamu mengajarkan apartheid antara orang beriman versus orang kafir. Dan memerintahkan orang beriman menaklukan atau membinasakan orang kafir. Jadi mana dari kedua ajaran itu yang lebih baik, yang lebih cocok dengan zaman sekarang ini? Ajaran tentang non-kekerasan dan persaudaraan universal atau ajaran tentang kebencian kekerasan dan permusuhan antar kelompok? Ajaran-ajaran Hindu seperti karma, reinkarnasi, yoga, ahimsa, penghargaan terhadap kemajemukan, penghormatan kepada perempuan dan alam, mulai diterima secara luas di Barat

(T) : Aku tetap ber prinsip, agama yang paling belakang adalah agama yang paling sempurna.
(AH) : Kalau begitu agama paling sempurna adalah agama Sikh, Ahmadiyah dan Bahai, karena ketiga agama ini adalah agama yang lahir lebih belakang dari agamaku maupun agamamu.


(T) : Itu kan agama bidah
(AH) :Itu namanya penilaian sepihak dan sewenang-wenang. Mereka juga bisa mengatakan hal yang sama terhadap agamamu. Tapi ukuran yang tak penting apakah agama itu sempurna atau tidak, bukanlah pertanyaan-pertanyaan dogmatis seperti itu. Agama itu seperti pohon. Apakah pohon baik atau buruk, dilihat dari buahnya, bukan dari tulisan iklan yang ditempel di batang pohon itu.


(T) : Apa maksudmu?
(AH) : Buah dari agama adalah masyarakat yang menganut agama itu. Baik atau buruknya satu agama itu. Baik atau buruknya satu agama tergantung dari perilaku dan perilaku dan keadaan pemeluknya. JIka satu agama dikatakan sempurna ukurannya adalah masyarakatnya.
Apakah masyarakat pemeluk agama itu memiliki prestasi moral yang tinggi? Apakah masyarakat pemeluk agama itu maju secara ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi? Apakah masyarakat itu menghargai hak-hak individu? Apakah masyarakat pemeluk agama itu menghargai kaum perempuan? Apakah masyarakat pemeluk agama itu menghargai hak-hak kaum minoritas, termasuk hak politik, social, dan kebebasan beragama? Apakah masyarakat pemeluk agama itu menghargai martabat yang lemah.
Kesempurnaan suatu agama tidak ditandai dengan menghancurkan atau menaklukkan agama-agama lain, melalui kekerasan, tekanan polotik atau bujukan ekonomi. Hal-hal semacam ini justru menunjukkan ketidak sempurnaan suatu agama, dan bahwa tanpa itu, agama ini sesungguhnya tidak memiliki sesuatu yang berharga dan menarik untuk ditawarkan kepada manusia.
Ajaran atau filsafat Hindu tersebar luas ke seluruh dunia, karena penerimaan setiap orang secara sukarela. Sebagai contoh, keyakinan tentang karma, reinkarnasi, praktik yoga, tidak pernah dijual dengan iming-iming/janji-janji apalagi ancaman.

Catatan.
Agama seharusnya tidak mengajarkan kebencian atau permusuhan dengan membagi ke dalam dua kubu yang berlawanan, antara orang kafir lawan orang beriman. Tetapi sebaliknya seharusnya mengajarkan keselarasan, cinta kasih dan persahabatan terhadap semua orang atau semua makhluk, seperti mantra Weda di bawah ini:
“ Semoga aku menghargai semua makluk dengan mata seorang kawan. Dengan mata seorang kawan kami menghargai satu sama lain.” Yajur Weda.36.31.

Hindu Mendebat Part 10


10. Karma dan reinkarnasi

(T) : Tadi kamu katakan orang Hindu masuk sorga atau neraka karena tindakanya. Bukan karena iman atau keyakinan. Apakah itu maksudnya hukum karma, yang sering aku dengar?
(AH) : Ya, benar, kawan. Di dalam kitab suciku dikatakan “ sebagaimana perbuatannya, demikianlah manusia jadinya. Ia yang berbuat baik, menjadi baik, ia yang berbuat buruk menjadi buruk. “ Jadi tindakan kita yang menentukan keadaaan kita. Itulah yang menyebabkan perbedaan terjadi di dunia ini, bahkan sejak seorang manusia lahir.


(T) : Kalau menurut agamaku, itu disebabkan oleh takdir. Jadi Tuhan telah menentukan takdir seorang manusia sejak ia berumur 4 bulan dalam kandungan ibunya. Ketika Tuhan meniupkan roh ke dalam tubuh bayi itu, Tuhan juga telah menentukan orang ini akan menjadi apa kelak. Apakah jadi tukang becak atau jadi raja. BAhkan juga ditentukan orang itu akan menderita dan nanti masuk neraka, atau anak itu akan jadi orang bahagia dan kelak ketika mati masuk sorga.


(AH) : Wah Tuhanmu sewenang-wenang sekali.
(T) : Tuhan kan maha kuasa
(AH) : Dan nanti setelah hari kiamat, akan ada hari pengadilan terakhir, di mana orang-orang yang telah memikul takdir itu akan diadili?

(T) : Ya, benar
(AH) : Mengapa? Bukankah takdir Tuhan tidak dapat diubah oleh manusia? Jiwa seseorang sudah ditakdirkan menjadi orang jahat, ia pasti akan menjadi jahat, tidak dapat lain, karena itu sudah takdir. Mengapa pada hari kiamat ia harus mengadili lagi, padahal ia hanya menjalankan takdir Tuhan. Ibarat sepertinya seperti ini. Seorang pemain film ditugaskan oleh sutradara sebagai tokoh jahat. Pemain ini dapat mendapatkan memerankan tokoh jahat itu dengan baik. Film itu sukses. Tetapi kemudian, actor yang memainkan tokoh protagonist ini diadili dan dihukum oleh sutradara. Lha ini kan aneh?

(T) : Tidak tahu saya. Itu kan rahasia Tuhan. Aturan di dunia ini dan aturan di akhirat kan berbeda. Sekarang mengenai reinkarnasi. Apakah manusia bisa lahir sebagai binatang.
(AH): Secara teoritis bisa saja. Misalnya seorang manusia yang sangat jahat, katakanlah seperti Robot Gedek yang membunuh puluhan anak-anak muda jalanan, dan memutilasi tubuh anak-anak tak berdosa itu. Mungkin saja ia lahir sebagai binatang untuk kurun waktu, 10 atau 50 tahun. Kemudian dia lahir lagi menjadi manusia untuk memperbaiki karmanya di masa lalu. Ini kan jauh lebih baik dari pada dia dihukum selama-lamanya di neraka yang sangat kejam?

(T) : Tetapi mengapa manusia bertambah banyak?
(AH) : Di dalam kitab suciku dikatakan jiwa itu diandaikan seperti api. Setitik api bisa menyalakan banyak lampu. Bahkan setitik api dapat membakar hutan yang sangat luas.

(T): Kalau manusia terus lahir berulang-ulang, apa tujuan hidupnya?
(AH) : Tujuan akhir manusia adalah moksa, persatuan jiwa dengan Tuhan, seperti telah kusebutkan sebelumnya. Dan Moksa tidak dapat dicapai dalam satu kali kehidupan yang singkat.

Hindu Mendebat Part 9


9. Sorga dan neraka

(T) : Kamu kan orang Hindu, kamu pasti masuk neraka
(AH) : Bagaimana kamu tahu? MEmangnya kamu Tuhan?

(T) : Ya pasti, kamu kan kafir. Orang kafir musuh Tuhan dan karena itu pasti masuk neraka.
(AH) : Jadi kalau saya masuk agamamu, saya otomatis masuk sorga dan terhindar dari neraka?

(T) : Ya, pastilah.
(AH) : Sekalipun saya berbuat jahat seelah masuk agamamu, saya tetap masuk sorga?

(T): Ya, itu sudah dijamin, kawan
(AH) : Jadi kalau seorang yang beriman sesuai agamamu membunuh seorang yang sama imannya, keduanya masuk sorga? Si pembunuh dan yang dibunuh sama-sama masuk sorga ? Si perampok? Si perampok dan yang dirampok sama-sama masuk sorga, karena keduanya mengikuti agama yang sama? Lalu dimana letak keadilan.

(T): Ya, katanya begitu. Manusia kan tidak dapat menilai keadilan Tuhan. Jadi di dalam agamamu bagaimana?
(AH) : Di dalam agama saya, agama Hindu, yang menentukan adalah tindakan. Siapa saja yang berbuat baik, akan selamat, hidup bahagia didunia ini, di dunia kemudian. Siapa saja yang berbuat buruk, akan menderita atau menjadi hina baik di dunia ini maupun dalam kelahirannya kemudian
 

(T) : Semua orang, tak terkecuali orang non Hindu dapat masuk sorgamu asal berbuat baik?
(AH) : Ya. Kenapa tidak? Sorga menurut agamaku bersifat rohani. Yang bersifat rohani adalah luas tanpa batas. Seluruh jiwa yang baik, berapapun banyaknya, dapat tinggal di sana.
 

(T) : Bagaimana gambaran nerakamu?
(AH) : Di dalam kitab suci agamaku, soal neraka hanya disebut sangat sedikit. Dari sekitar 25.000 mantra Weda, hanya tiga yang bicara tentang neraka. Itupun samar saja, dikatakan neraka itu sebagai tempat kegelapan yg dalam. Kenapa? Karena seorang yang berbuat buruk selalu diberikan kesempatan untuk lahir kembali. Kawan, bagaimana gambaran neraka menurut agamamu?
 

(T) : Dalam kitab suciku, neraka digambarkan secara jelas dan detil dengan berbagai macam siksaan yang mengerikan. Dan itu sifatnya abadi. Jika orang yang di neraka tubuhnya habis karena siksaan, maka ia diberi tubuh baru agar terus merasakan pedihnya siksaan itu. INi berlangsung selamanya atau abadi.
(AH) : Wah, mengerikan sekali, kejam sekali. Kok Tuhan yg katanya MAha pengasih dan Maha penyayang senang melakukan penyiksaan seperti itu ? Sadis sekali.
 

(T) : Memang begitu hukuman bagi orang berdosa. Sebaliknya bagi yang beriman akan diberikan sorga tempat segala kenikmatan.
(AH) : Maksudmu kenikmatan jasmani?
 

(T) : Ya, berupa makanan yang enak juga banyak istri, 72 bidadari yang terus perawan. Dan kaum laki-laki diberi kekuatan 100 kali laki-laki di bumi untuk berhubungan intim dengan istri-istrinya yang terus perawan.
(AH): Jadi para penghuni sorga itu persis manusia di dunia ini. Makan minum, melakukan hubungan seks? Apakah mereka juga buang air besar dan kecil, dan melahirkan anak?
 

(T) : Tidak. Mereka tidak buang air dan tidak punya anak. Pokoknya mereka bersenang-senang saja. Tidak ada susahnya. Tidak repot buang air atau mengurus anak-anak. Di sorga juga para penghuninya minum minuman keras, tetapi tidak mabuk.
(AH) : Makan minum, tapi tidak buang air. Melakukan hubungan seks tapi tidak punya anak. Minum minuman keras tapi tidak mabuk. Kok bisa?
 

(T) : Itulah keajaiban sorga didalam agamaku. Kalau tidak ada keajaiban itu, apa bedanya kehidupan di sorga dengan kehidupan di bumi ini?
(AH) : Wah kok tujuan tertinggi di dalam agamamu hanya untuk memuaskan nafsu tanpa batas ya? Itupun hanya untuk kaum laki-laki. Bagaimana akan diberikan banyak laki-laki perjaka?
 

(T) : Hal itu tidak disebutkan. Malahan dijelaskan kaum perempuan lebih banyak akan jadi penghuni neraka, karena mereka lemah akalnya dan senang akan hal-hal duniawi. Lalu bagaimana gambaran sorga menurut agamamu?
(AH) : Sorgaku adalah sorga rohani, bukan sorga badan. Jadi kebahagiaannya bukan karena semua nafsu jasmani dipenuhi tanpa batas. Tetapi karena jiwa ada bersama Tuhan yang adalah sumber kebahagiaan. Kalau diibaratkan kebahagiaan adalah terang, ketika kita di bawah matahari yang adalah sumber cahaya dunia ini, tidak diperlukan lagi sumber cahaya lain seperti listrik atau lampu. Tuhan adalah Surya, sumber
terang, nur. Lagi pula tujuan tertinggi agama Hindu bukan sorga.


(T) : Lalu apa tujuan tertinggi menurut agamamu?
(AH) : Sorga hanya tujuan antara. Tujuan tertinggi menurut agamaku adalah moksha, persatuan jiwa manusia dengan Tuhan. Atau manunggaling kawula lan gusti.


Catatan.
Seorang ayah yang membuat kamar khusus yang berisi berbagai alat music menyiksa anaknya yang bersalah tanpa memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri, bukanlah ayah yang pengasih dan penyayang, tetapi sebaliknya ayah yg kejam dan tanpa hati nurani.
Tuhan yang mempunyai neraka di mana ia menghukum orang-orang berbuat salah, untuk selama-lamanya, tanpa kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya dalam kelahiran berikutnya, bukan Tuhan yang Mahabpengasih dan Maha penyayang. Tetapi Tuhan yg Maha kejam, dan psikopat karena menikmati penyiksaan dan penderitaan manusia ciptaannya sendiri.
Begitu pula sebaliknya seorang ayah yg memberikan berbagai hadiah yang memuaskan segala nafsu anaknya tanpa batas, karena si anak taat dan takut kepadanya, bukanlah ayah yg bertanggung jawab. Karena ayah semacam ini tidak mendidik mental dan moral anaknya.. Ayah ini telah membuat anaknya menjadi manusia yg hanya memenuhi nafsu badannya, seperti raksasa di dalam agama Hindu. Tuhan yang memberi sorga semacam ini bukanlah Tuhan yang mengajarkan manusia untuk mencapai tingkat moral dan spiritual tertinggi, tetapi sebaliknya membenamkan manusia pada kubangan nafsu jasmani dalam kekosongan moral dan spiritual.