Senin, 03 Maret 2014

Hindu Mendebat Part 3


3. KASTA

(T) : Apa sih kastamu?
(AH) : Aku tidak punya kasta!

(T) : bukankah didalam agama Hindu ada ajaran tentang kasta?
(AH) : Tidak! Kata “kasta” sendiri berasal dari bahasa portugis, perbedaan kelas berdasarkan keturunan. Di dalam setiap bangsa ada kelas bangsawan dan kelas rakyat biasa. Di dalam agama Hindu tidak ada kasta, yg ada adalah “warna” pengelompokan orang berdasarkan bakat and kemampuannya. Misalnya mereka mempunyai bakat atau kemampuan di bidang keagamaan disebut kaum brahmana, yamg mempunyai bakat dan kemampuan di bidang pemerintahan dan militer disebut ksatriya, yang mempunyai bakat di bidang usaha dan pertanian disebut waisya, yang mmpunyai kemampuan di bidang pelayanan disebut sudra.

(T) : Apakah anak seorang sudra bisa jadi brahmana?
(AH) : Mengapa tidak? Anak seorang pelayan, bisa jadi ahli dan bahkan guru Weda seperti didalam kisah Satyakama. Ia adalah anak Jabala, seorang perempuan pelayan warung. Tetapi karna tekad dan ketekunannya, Satyakama menjadi ahli Weda, bisa jadi professor, bisa jadi jenderal atau pengusaha atau pendeta. Demikian pula sebaliknya anak seorang pendeta bisa jadi pedagang, bisa jadi petani.

(T) : Apa itu hanya teori?
(AH) : Tidak. Di India modern seorang keturunan dalit, bisa menjadi perdana menteri atau presiden. Di dalam masyarakat Hindu di Indonesia, contoh-contoh seperti itu bukan satu pengecualian, artinya contohnya sudah tak terhitung lagi. Sebetulnya profesi / pekerjaan karena keturunan banyak segi positifnya.


(T) : Misalnya?
(AH) : Seorang tukang arloji yang mewarisi profesi atau bisnis keluarga yang telah dijalankan turun temurun, merupakan jaminan mutu, karena merupakan akumulasi dari keahlian. Itu sebabnya perusahaan-perusahaan keluarga sering mengiklankan pendirinya yang sudah hidup lebih dahulu. Tetapi untuk jabatan public memang tidak baik. Karena kalau perusahaan keluarga, resikonya hanya ditanggung oleh keluarga itu sendiri. Sedangkan jabatan public, resikonya ditanggung oleh masyarakat banyak.

(T) : Tetapi kan lebih banyak agama kami, karena kami tidak mengenal kelas.
(AH) : Di agama anda, kawan, ada pembagian orang beriman lawan orang kafir. Ini adalah penggolongan atau kelas yang jauh lebih berbahaya, karena ada perintah agar orang beriman menaklukan atau memusnahkan orang kafir. Dan ajaran ini telah membawa penderitaan bagi jutaan manusia sepanjang sejarah. Ini adalah apartheid agama. Bila apartheid politik di Afrika, berkat perjuangan Nelson Mandela, yg terinspirasi oleh metode perjuangan non-kekerasan oleh Mahatma Gandhi, ini justru masih dianggap suci (artinya tidak terdapat kekerasaan dan penyiksaaan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar