Senin, 03 Maret 2014

Hindu Mendebat Part 11


11. Yang terakhir yang paling sempurna?

(T) : Agama Hindu itu kan agama kuno, sudah tidak cocok lagi di zaman sekarang, sedangkan agamaku adalah agama paling baru dan karena itu paling sempurna. Ya, seperti mobil saja, model terbaru pastikan yang terbaik
(AH) : Ya kalau mobil mungkin saja. Tetapi itupun tergantung jenisnya. Sekedar menyebut contoh, mobil Mercedes buatan Jerman sekalipun telah diproduksi jauh lebih dulu, tetap lebih baik dari buatan local, karena mobil Mercedes terus memperbaharui mesin dan modelnya. LAgi pula agama bukan mobil atau barang konsumsi lainnya. Agama adalah soal ajaran-ajaran kebenaran. BIsa saja agama yang belakangan merupakan tiruan yang keliru dari agama terdahulu nya.


(T) : Bagaimana bisa?
(AH) : Agamaku disebut “ Sanatana Dharma”, kebenaran abadi. Agamaku mengajarkan ahimsa atau non-kekerasan. Sedangkan agamamu banyak mengajarkan kebencian dan kekerasan. Agamaku mengajarkan bahwa semua manusia bersaudara, wasudaiva kutumbakam, sedangkan agamamu hanya mengajarkan persaudaraan antar umatmu saja. Agamaku mengajarkan untuk mencintai semua orang, dan menganggap orang lain sebagai saudara, karena jiwa di dalam diri setiap orang adalah sama, tat twam asi; sedangkan agamamu mengajarkan apartheid antara orang beriman versus orang kafir. Dan memerintahkan orang beriman menaklukan atau membinasakan orang kafir. Jadi mana dari kedua ajaran itu yang lebih baik, yang lebih cocok dengan zaman sekarang ini? Ajaran tentang non-kekerasan dan persaudaraan universal atau ajaran tentang kebencian kekerasan dan permusuhan antar kelompok? Ajaran-ajaran Hindu seperti karma, reinkarnasi, yoga, ahimsa, penghargaan terhadap kemajemukan, penghormatan kepada perempuan dan alam, mulai diterima secara luas di Barat

(T) : Aku tetap ber prinsip, agama yang paling belakang adalah agama yang paling sempurna.
(AH) : Kalau begitu agama paling sempurna adalah agama Sikh, Ahmadiyah dan Bahai, karena ketiga agama ini adalah agama yang lahir lebih belakang dari agamaku maupun agamamu.


(T) : Itu kan agama bidah
(AH) :Itu namanya penilaian sepihak dan sewenang-wenang. Mereka juga bisa mengatakan hal yang sama terhadap agamamu. Tapi ukuran yang tak penting apakah agama itu sempurna atau tidak, bukanlah pertanyaan-pertanyaan dogmatis seperti itu. Agama itu seperti pohon. Apakah pohon baik atau buruk, dilihat dari buahnya, bukan dari tulisan iklan yang ditempel di batang pohon itu.


(T) : Apa maksudmu?
(AH) : Buah dari agama adalah masyarakat yang menganut agama itu. Baik atau buruknya satu agama itu. Baik atau buruknya satu agama tergantung dari perilaku dan perilaku dan keadaan pemeluknya. JIka satu agama dikatakan sempurna ukurannya adalah masyarakatnya.
Apakah masyarakat pemeluk agama itu memiliki prestasi moral yang tinggi? Apakah masyarakat pemeluk agama itu maju secara ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi? Apakah masyarakat itu menghargai hak-hak individu? Apakah masyarakat pemeluk agama itu menghargai kaum perempuan? Apakah masyarakat pemeluk agama itu menghargai hak-hak kaum minoritas, termasuk hak politik, social, dan kebebasan beragama? Apakah masyarakat pemeluk agama itu menghargai martabat yang lemah.
Kesempurnaan suatu agama tidak ditandai dengan menghancurkan atau menaklukkan agama-agama lain, melalui kekerasan, tekanan polotik atau bujukan ekonomi. Hal-hal semacam ini justru menunjukkan ketidak sempurnaan suatu agama, dan bahwa tanpa itu, agama ini sesungguhnya tidak memiliki sesuatu yang berharga dan menarik untuk ditawarkan kepada manusia.
Ajaran atau filsafat Hindu tersebar luas ke seluruh dunia, karena penerimaan setiap orang secara sukarela. Sebagai contoh, keyakinan tentang karma, reinkarnasi, praktik yoga, tidak pernah dijual dengan iming-iming/janji-janji apalagi ancaman.

Catatan.
Agama seharusnya tidak mengajarkan kebencian atau permusuhan dengan membagi ke dalam dua kubu yang berlawanan, antara orang kafir lawan orang beriman. Tetapi sebaliknya seharusnya mengajarkan keselarasan, cinta kasih dan persahabatan terhadap semua orang atau semua makhluk, seperti mantra Weda di bawah ini:
“ Semoga aku menghargai semua makluk dengan mata seorang kawan. Dengan mata seorang kawan kami menghargai satu sama lain.” Yajur Weda.36.31.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar